Laskar Pelangi! Aku harus ke perancis.

“Aku harus ke Perancis!” gumamku setelah nonton bareng Laskar pelangi sama Hari, Mbak Onink, Mbak Asih dan keluarga. Makasih mbak Asih udah dibayarin :D. Gak tau kenapa, setelah nonton tadi. Ada getaran yang benar-benar membuat aku bertekada bulad untuk pergi ke Perancis, mengejar mimpi. Walau dalam hati aku juga masih bertanya, “Mau ke Perancis beneran ato Perancisnya orang-orang IT negh?”. He he… Ya, akan lebih pas jika aku melanjutkan dari apa yang sudah aku punya dari belajar soal IT di UNS. Mungkin Perancis yang aku maksud adalah China, Jepang atau mungkin malah Perancis beneran. Who knows? Kita lihat saja kemana cerita ini akan berlari.

*some text missing* isak. Aku tahu perjuangan bapak di rumah yang sampe mencoba berbagai macam usaha itu, dilakukan hanya untuk anaknya seorang. Tiga anaknya, dan aku yang pertama. Sama seperti lintang. Banyak pelajaran yang aku petik dari lintang. Aku tidak mau kalah dengan dia. Aku mau menari dan berlari mengejar citaku.

Tidak boleh lagi ada yang sia-sia. Masih teringat dalam benakku bagaimana lintang meyakinkan Ikal ketika mulai putus asa, karena teman-teman seperjuangannya sudah tidak lagi datang ke sekolah, setelah 5 hari berturut-turut, Bu Mus, tidak datang mengajar. Bagaimana mereka berdua akhirnya bersemangat lagi mengajak semua anggota laskar pelangi untuk kembali ke sekolah, lagi. Ketika lintang akhirnya, rela menjadi guru buat temen-temennya. Memberikan semangat dengan cerita pak Karno yang tetep belajar walo terkukung dalam ruang sempit dan gelap, sebuah kondisi yang lebih BURUK jika dibanding SD Muh Bentong, tempat ke 10 anggota laskar pelangi belajar. Yang tak akan aku lupakan dari momen ini adalah, ketika pada akhirnya Bu Mus muncul. Mengintip dari jendala, dan menghampiri murid-muridnya yang CERDAS! Dan mereka pun langsung menyambut Bu Guru tersayang dengan pelukan, “Bu Guruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu…”.

Semangat seorang lintang. Ketika ikal putus asa tadi, lintang menceritakan kepada ikal bahwa dirinya adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Lintang tahu, sebenarnya dia akan lebih bisa bermanfaat jika dia ikut bapaknya berlaut untuk mencari nafkah untuk kedua adiknya. Tapi apa, ayahnya justru meminta lintang untuk terus belajar. Untuk apa? Untuk bisa mengejar cita-cita. Tanpa putus asa. Hiks… ketika pada akhirnya Lintang harus keluar dari sekolah untuk bekerja untuk adik-adiknya, hal ini membuat aku makin miris. Apa aku harus menunggu moment seperti itu untuk mengejar mimpiku sambil berlari? Tentu tidak. Tanggung jawabku sebagai anak pertama, harus segera aku penuhi.

Terima kasih Lintang, your my inspiration. Terima kasih semua laskar pelangi atas perjuangan gigih kalian yang tak akan aku lupakan, tak akan ku sia-siakan lagi semua fasilitas yang mengelilingiku ini. Terima kasih pak Harfan, bapak yang membuat aku merasa menjadi anak yang paling beruntung di desaku, karena dulu masuk Pondok Pesantren Assalam dan menimba ilmu agama di sana. Terima kasih karena bapak telah merubah pola pikir yang salah saya selama ini, bahwa aku di pondok adalah di buang oleh orang tuaku. Terima kasih buat bu Muslimah, Ibu adalah guru yang sesungguhnya. Aku takkan lagi menolak jika diminta menjadi Guru. Aku ingin memberikan apa yang aku punya tanpa pamrih. Seperti yang ibu lakukan. Kuatkan hati hambamu ini ya Allah. Tunjukkan jalan bagi hamba untuk mengejar cita-cita hamba. Amin.

Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya dan bukan untuk hidup untuk menerima sebanyak-banyaknya.ingatlah selalu kata-kata ini